KENDARI, CORONGSULTRA.COM – DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) mempertanyakan sikap Rektor Universitas Halu Oleo (UHO) Prof. Muh. Zamrun tidak menghadiri rapat dengar pendapat terkait tidak adanya kuota bebas tes Fakultas Kedokteran dan Farmasi untuk SMA 1 Raha.
Padahal kehadiran Rektor UHO untuk menjawab kenapa baru pertama kali ini sekolah SMA 1 Raha tidak mendapatkan kuota bebas tes Fakultas Kedokteran dan Farmasi.
“Kami kecewa Rektor UHO tidak hadir rapat hari ini bahwa harusnya ada yang mewakililah paling tidak bisa menjawab apakah dugaan ini benar atau tidak,” kata Ketua Komisi IV DPRD Sultra, Andi Muh. Saenuddin ditemui seusai rapat dengar pendapat, Rabu (14/5/2025).
Lebih lanjut, Saenuddin mengatakan bahwa DPRD menjadwalkan rapat dengar pendapat jilid dua, jika Rektor UHO mangkir maka pihaknya tak segan membentuk panitia khusus (Pansus) apabila pemimpin kampus negeri terbesar di Sultra itu tidak hadir lagi.
“Sesuai tartib (tata tertib) DPRD kita undang rapat dengar pendapat yang kedua. Jika Rektor UHO tidak hadir lagi maka kita bisa rekomendasikan pembentukan pansus,” ujarnya.
Penegasan agar Rektor UHO hadir rapat dengar pendapat juga disampaikan Ketua DPRD Sultra La Ode Tariala.
Dia menegaskan, rapat dengar pendapat jangan berakhir sebelum Rektor UHO hadir supaya dikonfrontir terkait tidak adanya kuota bebas tes SMA 1 Raha untuk Fakultas Kedokteran dan Farmasi UHO. Karena ini menyangkut masa depan siswa SMA 1 Raha yang ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
“Coba bayangkan di semua sekolah justru SMA 1 Raha saya rasa didiskiriminasi oleh pejabat-pejabat tertentu karena dari masa ke masa SMA 1 Raha pasti ada yang lolos. Dengan proses ini kalau seandainya benar adanya kita hentikan semua ini karena kita tidak ingin kejadian ini terus menerus. Kalau ada salahnya tentukan salahnya di mana tetapi jangan dirugikan anak-anak,” katanya.
Dalam rapat dengar pendapat, Kepala SMA 1 Raha, Jaya mengatakan bahwa pernah ada kerabat Rektor UHO berkomunikasi dengan salah satu Guru SMA 1 Raha menyampaikan kalau anaknya sekolah di SMA 1 Raha ingin masuk Fakultas kedokteran UHO.
“Kemudian guru ini ketemu saya menyampaikan ada informasi ini, saya sampaikan bahwa kalau dia misalnya mau masuk kedokteran itu adalah hak dia karena dia masuk eligible (Jalur pendaftaran di perguruan tinggi negeri (PTN) yang khusus untuk siswa yang memenuhi syarat tertentu dan dianggap berprestasi unggul, Red.) pada posisi peringkat 105,” katanya.
Dia mengatakan, sesuai mekanisme aturan bahwa sekolah mereka bisa mendapatkan kuota pendaftaran 40 persen dari jumlah siswa kelas 3. Sehingga yang bisa mengikuti proses seleksi itu berjumlah 159 orang dan kebetulan kemenakan Rektor UHO di peringkat 105.
“Saya sampaikan bahwa untuk di kedokteran posisinya itu tidak menjamin bahwa harus peringkat satu, dua atau tiga. Peringkat manapun bisa masuk tetapi melihat potensi anak itu untuk kedokteran kan melihat pengalaman yang terjadi bahwa tidak ada ceritanya ranking 105 bisa masuk kedokteran yang bisa tembus itu 1,2,3, dan 4 lah itupun paling banyak 4 orang setiap periodesasi,” katanya.
“Saya sampaikan bahwa itu tidak bisa yang namanya merubah peringkat, mengubah nilai. Saya tidak mau menciderai murid-murid saya karena yang terpilih ini adalah memang siswa terbaik SMA 1 Raha, saya yakin dan percaya bahwa itulah yang terbaik di situ. Tapi saya tidak bisa memveto kemenakan Pak Rektor tidak bisa masuk kedokteran karena dia masuk eligible,” katanya lagi.
REDAKSI