TIRAWUTA, CORONGSULTRA.COM — Angin November membawa aroma keputusan penting di Kolaka Timur (Koltim). Setelah berbulan-bulan penantian, tabir seleksi Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama (JPT) Sekretaris Daerah (Sekda) resmi tersingkap, menyisakan tiga nama yang kini berdiri di ambang gerbang birokrasi Koltim.
Melalui pengumuman bernomor 19/Pansel-JPT/XI/2025, tertanggal 27 November 2025, yang diteken oleh otoritas tertinggi Pansel, Sekda Provinsi Sulawesi Tenggara, Asrun Lio, tertera tiga figur yang dinyatakan lulus seleksi, yaitu DR. Mustakim Darwis, SP, M.Si, Rismanto Runda, S.Sos, MM, dan Subhan Jaya, S.Kom.
Di antara hiruk pikuk perbincangan siapa Sekda Koltim definitif, satu nama sontak mencuat, menarik perhatian dari lorong-lorong warung kopi hingga ruang kantor-kantor Pemerintah Kabupaten Koltim, nama Mustakim Darwis muncul.
Bagi masyarakat Koltim, nama Mustakim Darwis bukanlah sekadar daftar absensi ASN. Ia adalah bagian dari narasi panjang pemekaran, seorang saksi mata tidak hanya menyaksikan tetapi terlibat langsung lahirnya di daerah otonomi baru ini tahun 2013 silam.
Gelar Doktor yang disandangnya menjadikannya satu-satunya putra Koltim di jajaran ASN dengan mahkota akademik tertinggi—sebuah simbol kecerdasan yang berakar kuat pada tanah kelahirannya.
Perjalanan kariernya bak catatan sejarah birokrasi Koltim. Sejak era kepemimpinan Toni Herbiansyah, dari Pj hingga bupati definitif, Mustakim Darwis tak pernah luput dari peran strategis. Ia pernah mengepalai Dinas Kehutanan, hingga kini dipercaya menakhodai Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)—sebuah posisi strategis membuat cetak biru Kabupaten Koltim.
Ayah dua anak ini, dalam diamnya, selalu memikirkan bagaimana caranya agar Koltim, yang sempat didera pilu karena dua Bupati terdahulu tersandung kasus korupsi, dapat bangkit. Ia ingin Koltim tidak lagi dipandang sebelah mata, melainkan menjadi daerah yang berdaya saing, tegak lurus menatap cakrawala.
Saat senja mulai turun, cerita tentang Sekda baru terus bergulir di setiap sudut keramaian. Di warung-warung kopi, di pinggir jalan, bahkan di balai pertemuan, cerita itu menguat menjadi sebuah seruan. Jantung perbincangan selalu berdetak pada nama Mustakim Darwis, yang dianggap sebagai calon jenderal ASN murni yang memahami denyut nadi Koltim.
Suara akar rumput kali ini terdengar lebih lantang. Mereka menyerukan agar Pelaksana tugas (Plt) Bupati Koltim, Yosep Sahaka, menjauhkan pertimbangan personal atau kedekatan emosional. Keputusan penentuan Sekda, menurut mereka, harus didasarkan pada tiga pilar utama: bobot, bebet, dan bibit.
Pada pundak Yosep Sahaka kini tersemat beban sejarah. Pilihan yang ia ambil bukan hanya sekadar penunjukan pejabat, melainkan penentuan arah kompas birokrasi Koltim untuk tahun-tahun mendatang.
Rakyat Koltim menanti keputusan yang akan membawa mereka menuju gerbang kemajuan dan daya saing yang selama ini mereka impikan.
Kini, semua mata tertuju pada Plt Bupati, berharap ia tidak salah memilih nahkoda birokrasi—seorang figur yang mampu menterjemahkan visi pembangunan menjadi aksi nyata di tengah krisis kepercayaan yang perlahan harus dipulihkan.
Laporan: Muis






https://shorturl.fm/o0cgI